THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 25 Oktober 2008


Doraemon (ドラえもん?) is a Japanese children's manga series created by Fujiko F. Fujio (the pen name of Hiroshi Fujimoto) which later became an anime series and Asian franchise. The series is about a robotic cat named Doraemon, who travels back in time from the 22nd century to aid a schoolboy, Nobita Nobi (野比 のび太 Nobi Nobita?).

In March 2008, Japan's Foreign Ministry appointed Doraemon as the nation's first "anime ambassador."[2] Ministry spokesman explained the novel decision as an attempt to help people in other countries to understand Japanese anime better and to deepen their interest in Japanese culture."[3] The Foreign Ministry action confirms that Doraemon has come to be considered a Japanese cultural icon. In 2002, the anime character was acclaimed as an Asian Hero in a special feature survey conducted by Time Asia magazine[4].

The series first appeared in December 1969, when it was published simultaneously in six different magazines. In total, 1,344 stories were created in the original series, which are published by Shogakukan under the Tentōmushi (てんとう虫?) manga brand, extending to forty-five volumes. The volumes are collected in the Takaoka Central Library in Toyama, Japan, where Fujio was born.

A majority of Doraemon episodes are comedies with moral lessons regarding values such as integrity, perseverance, courage, family and respect for elders. Several noteworthy environmental issues are often visited, including homeless animals, endangered species, deforestation, and pollution. Topics such as dinosaurs, the flat earth theory, wormhole traveling, Gulliver's Travels, and the history of Japan are often covered.

Doraemon was awarded the first Shogakukan Manga Award for children's manga in 1982,[5] and the first Osamu Tezuka Culture Award in 1997.

(sumber:wikipedia)




Kerajinan Tradisional ala Garis Collection
Liputan6.com, Yogyakarta: Yogyakarta selama ini dikenal sebagai pusat kerajinan tradisional. Namun ada satu lagi kerajinan asal Kota Gudeg yang menarik untuk dikupas. Adalah Garis Collection, singkatan dari Gaya Paris, usaha yang didirikan Priyo dan Nira. Bisnis ini berdasarkan pengalaman Nira semasa kuliah yang gemar membuat kerajinan tangan dan dipasarkan terbatas pada teman-teman dekat. Setelah Nira menikah dengan Priyo, barulah mereka menjajaki bisnis lebih serius dengan mengikuti berbagai pameran hingga akhirnya mendatangkan banyak pesanan. Sejak itu bukan hanya pameran berskala Jawa Tengah yang diikuti. Untuk meningkatkan daya saing ia mengisi ajang pameran berskala nasional. Produk kerajinannya juga menjangkau pameran-pameran di Kota Medan, Sumatra Utara, hingga Kalimantan. "Pertama kali kira-kira tahun 1998. Saya bikin sprei, bed cover, tutup kulkas," ungkap Nira. Produk-produk tersebut ditawarkan dengan harga terjangkau. Mulai dari Rp 8.000 untuk varian tempat telepon genggam hingga Rp 55 ribu untuk beragam jenis tas. Harga produk disesuaikan dengan desain sekaligus tujuan dari konsumen seperti pembelian grosir atau retail. Usaha ini sempat terkendala pada sumber daya manusia karena sulit menyesuaikan konsep dan model dengan menampilkan ciri khas Garis Collection. Namun kini Nira mampu mempekerjakan sekitar 25 karyawan. Ia pun berharap produksinya dapat menjangkau pasar lebih luas. "Produk-produk baru yang lebih etnik, lebih masuk ke kalangan semua orang," kata Priyo.(YNI/Tim Usaha Anda)



Winnie-the-Pooh, commonly shortened to Pooh Bear and once referred to as Edward Bear, is a fictional bear created by A. A. Milne. The character first appeared in book form in Winnie-the-Pooh (1926) and The House at Pooh Corner (1928). Milne also included several poems about Winnie-the-Pooh in the children’s poetry books When We Were Very Young and Now We Are Six. All four volumes were illustrated by E. H. Shepard.

The hyphens in the character's name were later dropped when The Walt Disney Company adapted the Pooh stories into a series of Winnie the Pooh featurettes that became one of the company's most successful franchises worldwide.

The Pooh stories have been translated into many languages, notably including Alexander Lenard's Latin translation, Winnie ille Pu, which was first published in 1958, and, in 1960, became the first foreign-language book to be featured on the New York Times Best Seller List, and is the only book in Latin ever to have been featured therein.






Menikmati Wisata Pantai di Tanjung Benoa


Liputan6.com, Tanjung Benoa: Keindahan pantai dan laut Bali siapa yang memungkiri. Di Pulau Dewata ini banyak pantai yang terkenal dengan pasir putihnya. Pantai Tanjung Benoa adalah salah satunya. Cuma 30 kilometer di selatan Denpasar, Tanjung Benoa mudah dicapai. Hanya perlu waktu 45 menit berkendara.

Di Tanjung Benoa, para turis tak hanya bisa menikmati keindahan pantai. tapi juga beragam jenis wisata serta olahraga air. Mulai dari banana boat, jet ski, hingga yang lebih menantang seperti flying fish serta parasailing. "Yang paling digemari turis parasailing, jet sky, flying fish, dan banana boat," kata Nyoman Sugita, pengelola wisata dan olahraga air, baru-baru ini.

Namun, biaya menikmati wisata air tidak murah. Untuk wisatawan domestik harus merogoh kocek mulai Rp 90 ribu hingga Rp 1 juta per orang. Sedangkan turis asing untuk satu wahana wisata harus membayar US$ 20 hingga US$ 200. Jika beruntung saat menikmati wisata air mungkin Anda mendapat bonus tambahan, yaitu melihat kawanan lumba-lumba yang banyak terdapat di perairan selatan Nusa Dua.(BOG/Putu Setiawan)

Rabu, 15 Oktober 2008

Final Destination


Final Destination adalah sebuah film horor tahun 2000 tentang sekelompok pelajar yang 'menipu kematian' setelah terhindar dari kecelakaan pesawat ketika sebelumnya seorang dari mereka melihat pertanda kematian mereka, tetapi tidak lama setelah itu, mereka mulai mati satu per satu dalam kecelakaan misterius yang mengerikan..[1] Skripsi film ini awalnya ditulis oleh Jeffrey Reddick sebagai catatan spekulasi untuk X-Files. (Sutradara James Wong bekerja sebagai penulis, direktur dan produsen serial itu). Cerita ini memiliki beberapa kesamaan dengan episode The Twilight Zone berjudul "Twenty-Two". Film diproduksi oleh New Line Cinema. DVDnya diresmikan pada 26 September 2000.[2]

Film ini merupakan film pertama dalam serial Final Destination, dan dilanjutkan oleh Final Destination 2 (2003) dan Final Destination 3 (2006). Final Destination juga diterbitkan dalam bentuk novel Novel Final Destination. Dan baru-baru ini , Zenescope Entertainment juga memulai memproduksi serial Komik Final Destination dalam serial yang lebih mini berjudul Final Destination:Death Never Takes a Vacation, tentang perjalanan ke Cancún yang melanggar.

Film "Final Destination" berlokasi di Long Island.[3] Tempat-tempat yang digunakan seperti Pantai Jones dan Bandara Internasional John F. Kennedy. County Nassau juga disebutkan dalam film tersebut. Bandar Udara Internasional Fancouver digunakan sebagai pengganti Bandar Udara JFK.[4]

Alur

Tidak lama setelah menaiki pesawat yang akan terbang dalam acara kunjungan kelas ke Paris, Alex Browning (diperankan Devon Sawa), mendapat penglihatan bahwa pesawat yang dinaikinua, Boeing 747 Volee Air Penerbangan 180 akan meledak tidak lama setelah lepas landas. Alex berusaha untuk membatalkan penerbangan pesawat itu dan membuat keributan di pesawat. Setelah keributan itu, akhirnya dia dikeluarkan dari pesawat dengan salah satu gurunya, dan beberapa siswa lain yang juga membatalkan pemberangkatan karena diperintah untuk menjaganya. Hanya beberapa saat setelah pesawat lepas landas mereka menyaksikan pesawat yang sebelumnya mereka tumpangi itu meledak, menewaskan seluruh penumpang yang berada di pesawat, seperti teman baiknya, George (saudara kembar Tod) dan pacar Alex dan Tod, Blake Dreyer (Christine Chatelain) dan Christa Marsh (Lisa Marie Caruk). Sedangkan mereka yang selamat, awalnya lolos dari kematian, namun kehidupan mereka hanya tinggal sebentar, rangkaian kematian misterius yang mengerikan mulai menghantui mereka.[5]

(sumber:wikipedia)